Salah satu bukti Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
berkembang di Indonesia adalah ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari
perunggu di daerah Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca
Sempaga memperlihatkan langgam seni arca Amarawati dari India Selatan. Arca sejenis juga ditemukan di daerah Jember,
Jawa Timur dan daerah Bukit
Siguntang Sumatra Selatan. Di
daerah Kota Bangun Kutai, Kalimantan
Timur, juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha
itu memperlihatkan ciri seni area
dari India Utara. Sampai saat ini
masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan
berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Beberapa pendapat
(teori) tersebut dijelaskan pada uraian berikut.
1. Teori Ksatria
Dalam
kaitan ini R.C. Majundar berpendapat,
bahwa munculnya kerajaan
atau pengaruh Hindu di
Kepulauan Indonesia disebabkan oleh
peranan kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan
diri dari India dan mendirikan
kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya.
Namun, teori Ksatria yang dikemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang
disertai dengan bukti-bukti yang mendukung. Selama ini belum ada ahli
akelog yang dapat menemukan bukti-bukti
yang menunjukkan adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia.
Kekuatan teori ini terletak pada
semangat untuk petualangan para kaum ksatria.
2. Teori Waisya
Teori ini terkait
dengan pendapat N.J. Krom yang
mengatakan bahwa kelompok yang
berperan dalam dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia adalah kaum
pedagang. Pada mulanya para
pedagang India berlayar
untuk berdagang. Pada saat
itu jalur perdagangan melalui lautan
yang tergantung dengan adanya
musim angin yang menyebabkan mereka
tergantung pada kondisi
alam. Bila musim angin tidak
memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama untuk menunggu musim baik.
Para pedagang India pun melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi dan
melalui perkawinan tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India. Menurut G. Coedes, yang memotivasi para pedagang
India untuk datang ke Asia Tenggara
adalah keinginan untuk
memperoleh barang tambang
terutama emas dan hasil hutan.
3. Teori Brahmana
Teori sesuai
dengan pendapat J.C. van Leur bahwa
Hinduninasi di Indonesia disebabkan oleh peranan kaum Brahmana.
Pendapat van Leur
didasarkan atas temuan- temuan prasati yang
menggunakan bahasa Sanskerta dan
huruf pallawa. Bahasa dan
huruf tersebut hanya dikuasai
oleh kaum Brahmana. Selain itu
adanya kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana India.
Mereka diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan. Seperti
pelaksanaan upacara inisiasi yang
dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan ksatria. Pandangan
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan
oleh Paul Wheatly bahwa para
penguasa lokal di Asia Tenggara sangat
berkepentingan dengan kebudayaan
India guna mengangkat status sosial mereka.
4. Teori Arus Balik
Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam proses penyebaran kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia.
Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokoh-tokohnya
yang pergi ke
india. Di India mereka
belajar hal ihwal
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.
Setelah kembali ke Kepulauan Indonesia
mereka mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya. Pandangan ini dapat dikaitkan
dengan pandangan F.D.K. Bosch yang menyatakan bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu, mereka itu terdiri dari kaum terpelajar
yang mempunyai semangat untuk menyebarkan Buddha.
Kedatangan mereka disambut baik oleh
tokoh masyarakat. Selanjutnya karena
tertarik dengan ajaran Hindu- Buddha mereka pergi ke India untuk memperdalam
ajaran itu. Lebih lanjut Bosch mengemukakan bahwa proses Indianisasi adalah suatu pengaruh yang
kuat terhadap kebudayaan lokal.
Berdasarkan
teori-teori yang dikemukan di atas dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa
masyarakat di Kepulauan
Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum
munculnya kerajaan yang bersifat
Hindu-Buddha. Melalui proses
akulturisasi, budaya yang
dianggap sesuai dengan
karateristik masyarakat pada
saat itu diterima dengan menyesuaikan pada
budaya masyarakat setempat saat
itu.
Komentar
Posting Komentar