Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2020

Masuknya Agama Hindu Budha ke Indonesia

  Salah satu bukti Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha berkembang di Indonesia adalah ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari perunggu di daerah Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca Sempaga   memperlihatkan langgam   seni arca Amarawati   dari India Selatan.   Arca sejenis juga ditemukan di daerah   Jember,   Jawa Timur dan daerah   Bukit Siguntang   Sumatra Selatan. Di daerah   Kota Bangun Kutai, Kalimantan Timur, juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha   itu memperlihatkan ciri seni area   dari India Utara.   Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Beberapa pendapat (teori) tersebut dijelaskan pada uraian berikut. 1. Teori   Ksatria   Dalam kaitan ini R.C. Majundar   berpendapat, bahwa   munculnya   kerajaan   atau pengaruh   Hindu di Kepulauan   Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan diri dari

Sejarah Lahirnya Agama Hindu&Budha

1.       Lahirnya Agama   Hindu Pertumbuhan   dan    perkembangan   kebudayaan   Hindu    di India   berkaitan    dengan   sistem   kepercayaan   bangsa    Arya   yang masuk   ke India pada   1500   S.M. Kebudayaan   Arya berkembang di Lembah Sungai Indus India. Bangsa Arya mengembangkan   sistem kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang sesuai dengan tradisi yang   dimilikinya. Sistem   kepercayaan   itu   berupa    penyembahan terhadap banyak dewa   yang dipimpin oleh golongan pendeta atau Brahmana.   Keyakinan bangsa   Arya terhadap kepemimpinan kaum Brahmana   dalam   melakukan   upacara   ini melahirkan   kepercayaan terhadap   Brahmanisme.    Selanjutnya    golongan   ini   juga   menulis ajaran mereka   dalam kitab-kitab   suci yang menjadi standar pelaksanaan upacara-upacara keagamaan. Kitab suci agama   Hindu disebut   Weda (Veda), artinya pengetahuan tentang agama.   Sanusi Pane dalam bukunya Sejarah Indonesia menjelaskan   tentang Weda terdiri dari 4 buah kitab, yaitu:

Kedatangan Bangsa Deutro dan Proto Melayu

Persebaran Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu 1. Proses Persebaran Bangsa Proto Melayu Bangsa Proto Melayu disebut juga dengan Melayu Tua. Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia pada periode 1500 hingga 500 SM (sebelum masehi). Bangsa ini adalah ras Mongoloid yang berasal dari daerah China Selatan, tepatnya di Yunan, dekat dengan lembah Sungai Yang Tze.Rute jalur masuk bangsa Proto Melayu ke wilayah Nusantara melalui dua jalan, yakni jalan barat dan timur. Rute Barat : Yunan - Thailand - Semenanjung Melayu - Sumatera - Menyebar ke seluruh wilayah Nusantara, terutama bagian barat. Rute Timur : Yunan - Vietnam - Taiwan - Kepulauan Filipina - Sulawesi - Tersebar ke seluruh wilayah Nusantara, terutama bagian timur. Itulah proses persebaran bangsa Proto Melayu hingga sampai ke wilayah Indonesia. Lalu, apa alasan bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) ini meninggalkan daerah asalnya? Para ahli berpendapat bahwa alasan kedatangan bangsa-bangsa tersebut disebabkan karena peperangan antar suku, d

Hasil Kebudayaan Neolitikum

 a. Kebudayaan kapak persegi Kapak Persegi Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Gelderen. Penamaan  ini  dikaitkan dengan  bentuk alat  tersebut. Kapak persegi  ini berbentuk persegi  panjang  dan  ada  juga  yang berbentuk trapesium.  Ukuran  alat  ini juga bermacam-macam. Kapak persegi  yang besar  sering  disebut  dengan beliung  atau pacul  (cangkul),  bahkan   sudah   ada  yang diberi  tangkai  sehingga  persis  seperti cangkul  zaman  sekarang. Sementara yang berukuran  kecil     dinamakan  tarah  atau tatah. Penyebaran  alat-alat  ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra,  Jawa dan  Bali. Diperkirakan  sentra- sentra teknologi kapak persegi ini ada di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian  Pacitan-Madiun,  dan di Lereng Gunung  Ijen (Jawa Timur). Yang menarik,  di Desa Pasirkuda dekat  Bogor juga ditemukan  batu   asahan.   Kapak  persegi ini cocok sebagai alat pertanian. b. Kebudayaan kapak lonjong K

Hasil Kebudayaan Mesolitikum ( Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche )

  a.   Kebudayaan Kjokkenmoddinger. kjokkenmoddinger= sampah    dapur Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat   diartikan sampah   (kjokkenmoddinger= sampah   dapur). Dalam kaitannya   dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara   Langsa di Aceh sampai   Medan.   Dengan   kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai.   Pada tahun   1925Von Stein Callenfals melakukan   penelitian di bukit kerang   itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper)   yang   berbeda dari   chopper   yang   ada di zaman paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini diberi nama   pebble   atau   lebih dikenal dengan Kapak   Sumatra.    Kapak   jenis   pebble    ini terbuat dari   batu   kali yang   pecah,   sisi luarnya   dibiarkan begitu saja

Hasil Kebudayaan Paleolitikum (Kebudayaan Ngandong&Pacitan)

  a.   Kebudayaan Pacitan                          Kapak Perimbas / Chopper                                                      Kebudayaan   ini berkembang di daerah   Pacitan,   Jawa Timur.   Beberapa    alat   dari   batu    ditemukan   di   daerah    ini. Seorang    ahli,   von   Koenigwald    dalam    penelitiannya    pada tahun   1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau   alat-alat   dari   batu   di   daerah    Punung.   Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini sering disebut dengan kapak   genggam atau   kapak   perimbas.   Kapak ini digunakan untuk   menusuk   binatang atau   menggali   tanah   saat   mencari umbi-umbian. Di samping   kapak   perimbas,   di Pacitan   juga ditemukan alat   batu   yang   disebut   dengan chopper   sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat   serpih. Kapak Genggam b. Kebudayaan Ngandong Artefak Kebudayaan   Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan

Sistem Kepercayaan Masyarakat Pra Aksara

Batu Kerbau (Situs Batu Bedil,Tanggamus)           Sebagai manusia yang beragama tentu   kamu sering mendengarkan ceramah   dari guru   maupun tokoh   agama.   Dalam ceramah-ceramah tersebut sering   dikatakan   bahwa   hidup   adalah hanya   sebentar sehingga   tidak   boleh   berbuat menentang   ajaran agama,    misalnya   tidak   boleh   menyakiti   orang    lain,   tidak   boleh rakus,   bahkan   melakukan   tindak   korupsi   yang   merugikan   negara dan   orang   lain. Karena itu dalam   hidup   ini manusia   harus   bekerja keras   dan   berbuat sebaik   mungkin,   saling tolong   menolong. Kita semua   mestinya   takut   kepada   Tuhan Yang Maha   Esa bila berbuat dosa karena melanggar perintah   agama,   atau menyakiti orang lain. sistem kepercayaan manusia zaman praaksara, yang menjadi nenek moyang kita. Perwujudan   kepercayaannya dituangkan dalam berbagai   bentuk   diantaranya karya   seni.   Satu   di antaranya berfungsi   sebagai   bekal   untuk   orang yang meninggal

Manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.

  1.   Jenis Meganthropus                Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von   Koenigswald   di Sangiran   tahun    1936   dan   1941   yang menemukan fosil rahang   manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi   ini kemudian   para   ahli menamakan jenis manusia   ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya   manusia    raksasa    dari   Jawa.    Jenis   manusia    purba ini   memiliki   ciri rahang    yang   kuat    dan    badannya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia   ini adalah   tumbuh- tumbuhan. Masa   hidupnya   diperkirakan   pada   zaman Pleistosen Awal. 2.   Jenis Pithecanthropus Jenis manusia   ini didasarkan   pada   penelitian   Eugene Dubois tahun   1890   di dekat   Trinil, sebuah   desa   di pinggiran Bengawan   Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk kerangka   manusia,   tetapi   masih  terlihat  tanda-tanda kera.  Oleh  karena  itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus  erectus, artinya   manusia