Langsung ke konten utama

Postingan

Aset – aset dalam sebuah komunitas

  Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan . Menurut Green dan Haines (2002) dalam  Asset building and community development,  ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu : 1.    Modal Manusia Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang. Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuat

Sejarah singkat pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

  Asset-Based Community Development  (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).   Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain. Pendekatan Pengembangan Komunit

Ekosistem Sekolah

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah: Murid Kepala Sekolah Guru Staf/Tenaga Kependidikan Pengawas Sekolah Orang Tua Masyarakat sekitar sekolah  Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan Sarana d

Rangkuman Koneksi antar materi 3.1.A.8.1

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa    Sebagai seorang pemimpin kita harus memiliki konsep kepemimpinan tersebut, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Tiga semboyan ini dicetuskan dan diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan. Makna dari semboyan tersebut yakni Di depan, pemimpin harus menjadi contoh atau panutan. "Di depan, kita harus memberi teladan," . Di tengah-tengah, pemimpin harus dapat memotivasi, menggugah semangat, kemauan dan niat. Di belakang, seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan arahan. Dari penjelasan makna Patrap Triloka diatas bisa kita gambarkan sebagai seorang pem

Coaching dalam Konteks Sekolah

          Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.           Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat memb

Menciptakan budaya positif disekolah melalui kesepakatan kelas

Budaya positif belakangan ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak. Dengan menerapkan di siplin positif di sekolah, di rumah maupun tempat lain diharapkan anak-anak mampu , mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang , mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terh ada godaan/kesulitan dan mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan sejak dini.   Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru , murid hingga orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu pondasinya.  Budaya positif diskeolah semakin ramai diperbincangkan oleh para Guru seiring dengan Program Pemerintah yakni Pendidikan Guru Penggerak. Program ini dibuat untuk menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Pembelajaran tersebut terfokus pada siswa dengan menggerakkan ekosistem pembelajaran yang lebih baik. kita sebagai Gur

Proses Integrasi Bangsa dalam perkembangan Islam

Integrasi suatu bangsa   adalah hal yang sangat   penting   dalam kehidupan   berbangsa   dan   bernegara.   Dengan    adanya    integrasi akan   melahirkan   satu   kekuatan bangsa   yang   ampuh   dan   segala persoalan    yang    timbul    dapat    dihadapi    bersama-sama.    Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wujud konkret dari proses integrasi   bangsa. Proses   integrasi   bangsa    Indonesia   ini ternyata sudah   berlangsung cukup   lama bahkan   sudah   dimulai sejak awal tarikh masehi.   Pada abad   ke-16   proses   integrasi   bangsa   Indonesia mulai   menonjol.    Masa   itu   adalah   masa-masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 1.       Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi Agama   Islam yang   masuk   dan   berkembang   di   Nusantara mengajarkan kebersamaan dan   mengembangkan toleransi   dalam kehidupan beragama.   Islam   mengajarkan persamaan   dan   tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat.   Konsep ajara

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam di Indonesia

  Berkembangnya kebudayaan   Islam di Kepulauan   Indonesia telah   menambah khasanah budaya   nasional   Indonesia,   serta   ikut memberikan   dan menentukan corak kebudayaan bangsa   Indonesia. Akan   tetapi   karena   kebudayaan yang   berkembang di   Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan   masyarakat   maka berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau   memusnahkan kebudayaan yang   sudah   ada.   Dengan   demikian   terjadi   akulturasi antara   kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses   akulturasi   antara   kebudayaan pra-Islam dengan ketika Islam masuk   tidak hanya   berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau   pahat,   dan   karya sastra   tetapi   juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya. Beberapa contoh   bentuk   akulturasi akan ditunjukkan   pada paparan berikut. 1. Seni Bangunan a.   Masjid dan Menara                Dalam     seni     bangunan    di    zaman     perkembangan Islam, nampak