Langsung ke konten utama

Postingan

Coaching dalam Konteks Sekolah

          Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.           Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat memb

Menciptakan budaya positif disekolah melalui kesepakatan kelas

Budaya positif belakangan ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak. Dengan menerapkan di siplin positif di sekolah, di rumah maupun tempat lain diharapkan anak-anak mampu , mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang , mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terh ada godaan/kesulitan dan mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan sejak dini.   Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru , murid hingga orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu pondasinya.  Budaya positif diskeolah semakin ramai diperbincangkan oleh para Guru seiring dengan Program Pemerintah yakni Pendidikan Guru Penggerak. Program ini dibuat untuk menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Pembelajaran tersebut terfokus pada siswa dengan menggerakkan ekosistem pembelajaran yang lebih baik. kita sebagai Gur

Proses Integrasi Bangsa dalam perkembangan Islam

Integrasi suatu bangsa   adalah hal yang sangat   penting   dalam kehidupan   berbangsa   dan   bernegara.   Dengan    adanya    integrasi akan   melahirkan   satu   kekuatan bangsa   yang   ampuh   dan   segala persoalan    yang    timbul    dapat    dihadapi    bersama-sama.    Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wujud konkret dari proses integrasi   bangsa. Proses   integrasi   bangsa    Indonesia   ini ternyata sudah   berlangsung cukup   lama bahkan   sudah   dimulai sejak awal tarikh masehi.   Pada abad   ke-16   proses   integrasi   bangsa   Indonesia mulai   menonjol.    Masa   itu   adalah   masa-masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 1.       Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi Agama   Islam yang   masuk   dan   berkembang   di   Nusantara mengajarkan kebersamaan dan   mengembangkan toleransi   dalam kehidupan beragama.   Islam   mengajarkan persamaan   dan   tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat.   Konsep ajara

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam di Indonesia

  Berkembangnya kebudayaan   Islam di Kepulauan   Indonesia telah   menambah khasanah budaya   nasional   Indonesia,   serta   ikut memberikan   dan menentukan corak kebudayaan bangsa   Indonesia. Akan   tetapi   karena   kebudayaan yang   berkembang di   Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan   masyarakat   maka berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau   memusnahkan kebudayaan yang   sudah   ada.   Dengan   demikian   terjadi   akulturasi antara   kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses   akulturasi   antara   kebudayaan pra-Islam dengan ketika Islam masuk   tidak hanya   berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau   pahat,   dan   karya sastra   tetapi   juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya. Beberapa contoh   bentuk   akulturasi akan ditunjukkan   pada paparan berikut. 1. Seni Bangunan a.   Masjid dan Menara                Dalam     seni     bangunan    di    zaman     perkembangan Islam, nampak

Kesultanan Siak

Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kesultanan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatra dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatra dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.Kata Siak Sri Inderapura, secara harfiah dapat bermakna pusat kota

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda. Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara islam kesultanan Cirebon, letak dalem agung pakungwati sekarang menjadi keraton kasepuhan Cirebon.Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: c