Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Proses Integrasi Bangsa dalam perkembangan Islam

Integrasi suatu bangsa   adalah hal yang sangat   penting   dalam kehidupan   berbangsa   dan   bernegara.   Dengan    adanya    integrasi akan   melahirkan   satu   kekuatan bangsa   yang   ampuh   dan   segala persoalan    yang    timbul    dapat    dihadapi    bersama-sama.    Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wujud konkret dari proses integrasi   bangsa. Proses   integrasi   bangsa    Indonesia   ini ternyata sudah   berlangsung cukup   lama bahkan   sudah   dimulai sejak awal tarikh masehi.   Pada abad   ke-16   proses   integrasi   bangsa   Indonesia mulai   menonjol.    Masa   itu   adalah   masa-masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 1.       Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi Agama   Islam yang   masuk   dan   berkembang   di   Nusantara mengajarkan kebersamaan dan   mengembangkan toleransi   dalam kehidupan beragama.   Islam   mengajarkan persamaan   dan   tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat.   Konsep ajara

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam di Indonesia

  Berkembangnya kebudayaan   Islam di Kepulauan   Indonesia telah   menambah khasanah budaya   nasional   Indonesia,   serta   ikut memberikan   dan menentukan corak kebudayaan bangsa   Indonesia. Akan   tetapi   karena   kebudayaan yang   berkembang di   Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan   masyarakat   maka berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau   memusnahkan kebudayaan yang   sudah   ada.   Dengan   demikian   terjadi   akulturasi antara   kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses   akulturasi   antara   kebudayaan pra-Islam dengan ketika Islam masuk   tidak hanya   berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau   pahat,   dan   karya sastra   tetapi   juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya. Beberapa contoh   bentuk   akulturasi akan ditunjukkan   pada paparan berikut. 1. Seni Bangunan a.   Masjid dan Menara                Dalam     seni     bangunan    di    zaman     perkembangan Islam, nampak

Kesultanan Siak

Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kesultanan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatra dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatra dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.Kata Siak Sri Inderapura, secara harfiah dapat bermakna pusat kota

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda. Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara islam kesultanan Cirebon, letak dalem agung pakungwati sekarang menjadi keraton kasepuhan Cirebon.Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: c

Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri pada Tahun 1520, dihapuskan sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap mengakui ada pemerintahan darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Namun sejak 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribu kota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura. Ketika beribu kota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.   Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribu kota di kota Negara, sekarang merupakan ibu kota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di Kalimantan

Kesultanan Tidore

  Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat. Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore

Kesultanan Ternate

Kepulauan Maluku menduduki posisi penting   dalam perdagangan dunia di kawasan   timur Nusantara. Mengingat keberadaan   daerah    Maluku   ini   maka   tidak   mengherankan   jika sejak abad   ke-15   hingga   abad   ke-19   kawasan   ini menjadi   wilayah perebutan antara   bangsa   Spanyol, Portugis dan Belanda. Sejak   awal    diketahui    bahwa    di   daerah    ini   terdapat   dua kerajaan   besar   bercorak   Islam, yakni Ternate dan   Tidore. Kedua kerajaan   ini terletak   di sebelah   barat   pulau   Halmahera   di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya   masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di Kepulauan Maluku dan Papua. Kerajaan   Ternate dikenal   sebagai   pemimpin   Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya meliputi Ternate, Obi,    Bacan,    Seram    dan    Ambon.  Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan me