Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Materi

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda. Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara islam kesultanan Cirebon, letak dalem agung pakungwati sekarang menjadi keraton kasepuhan Cirebon.Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: c

Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri pada Tahun 1520, dihapuskan sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap mengakui ada pemerintahan darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Namun sejak 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribu kota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura. Ketika beribu kota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.   Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribu kota di kota Negara, sekarang merupakan ibu kota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di Kalimantan

Kesultanan Tidore

  Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat. Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore

Kesultanan Ternate

Kepulauan Maluku menduduki posisi penting   dalam perdagangan dunia di kawasan   timur Nusantara. Mengingat keberadaan   daerah    Maluku   ini   maka   tidak   mengherankan   jika sejak abad   ke-15   hingga   abad   ke-19   kawasan   ini menjadi   wilayah perebutan antara   bangsa   Spanyol, Portugis dan Belanda. Sejak   awal    diketahui    bahwa    di   daerah    ini   terdapat   dua kerajaan   besar   bercorak   Islam, yakni Ternate dan   Tidore. Kedua kerajaan   ini terletak   di sebelah   barat   pulau   Halmahera   di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya   masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di Kepulauan Maluku dan Papua. Kerajaan   Ternate dikenal   sebagai   pemimpin   Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya meliputi Ternate, Obi,    Bacan,    Seram    dan    Ambon.  Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan me

Kesultanan Gowa-Tallo

  Kerajaan   Gowa   Tallo sebelum   menjadi   kerajaan   Islam sering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti   dengan Luwu, Bone,   Soppeng,   dan   Wajo.   Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan   oleh Kerajaan Gowa Tallo. Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa   menurut   Hikayat   Wajo.   Dalam   serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal   dan seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan untuk mempertahankan kemerdekaannya yang disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582.   Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai   kerajaan   bercorak Islam pada 1605, maka Gowa meluaskan pengaruh politiknya, agar    kerajaan-kerajaan   lainnya   juga    memeluk    Islam   dan tunduk   kepada   Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan-kerajaan   yang unduk kepada   kerajaan Gowa Tallo antara   lain Wajo pada 10 Mei 1610,   dan Bone pada 23 Nopember   1611. Di daerah   Sulawesi Selatan   p

Kesultanan Banten

  Kesultanan Banten berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat   Pulau   Jawa,   dengan menaklukan    beberapa kawasan pelabuhan kemudian   menjadikannya sebagai   pangkalan militer   serta   kawasan    perdagangan. Maulana   Hasanuddin, putera    Sunan    Gunung    Jati   berperan   dalam    penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana   Hasanuddin atau    lebih   sohor    dengan   sebutan   Fatahillah,    mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan,   yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan, yakni Kesultanan Banten.             Pada   awalnya   kawasan   Banten   dikenal   dengan nama Banten Girang yang merupakan bagian   dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan   Kerajaan di bawah   pimpinan   Maulana Hasanuddin    ke   kawasan    tersebut   selain   untuk    perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah   Islam. Kemudian dipicu oleh adanya   kerjasama   Sunda-Portugis   dalam   bidang ekonomi

Kesultanan Mataram Islam

  Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah   kekuasaannya, Pajang   berkembang baik.   Bahkan berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang membantunya mengalahkan Arya Penangsang diantaranya Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede Pemanahan). la diangkat   sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian puteranya, Raden Bagus (Danang)   Sutawijaya   diangkat   anak   oleh   Sultan   Hadiwijaya dan dibesarkan   di istana. Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran   Benowo. Pada tahun   1582,   Sultan Hadiwijaya meninggal   dunia. Penggantinya,    Pangeran     Benowo    merupakan    raja    yang lemah.   Sementara Sutawijaya    yang menggantikan Ki Gede Pemanahan justru semakin menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke tangannya. Sutawijaya   segera    memindahkan   pusaka    Kerajaan   Pajang ke Mataram. Sutawijaya sebagai   raja pertama d